BU HESTI YANG BAIK HATI
Cerita hot ini berawal dari kecelakaan kecil yang menimpaku. Seperti biasa, sore hari aku menyempati jalan-jalan dgn motor kesayanganku, dgn memakai jeans dan jaket kesayanganku, dgn kecepatan yang tidak begitu cepat.
Aku lihat ke kanan dan ke kiri, tiba tiba ada motor dari belakang dgn kecepatan tinggi menyerempetku. Sekilas aku kaget dan berusaha minggir, tp sial aku malah jatuh karena tepi jalan itu ada batu batu kecil yang menyebabkan ban motorku tergelincir dan akhirnya aku tertimpa motor dan yang menyerempetku tadi langsung tancap gas (kabur)!
Setelah itu aku berusaha bangun dgn pertolongan orang orang di sekitar situ. Aku terluka di bagian kaki (paha atas, lengan atas dan dada), sebenarnya luka ini tidak begitu serius bagiku, tp aku kagum sekali dgn pertolongan orang-orang di sekitar situ yang penuh simpatik.
Setelah beberapa detik kejadian itu, aku langsung dibawa ke dlm sebuah rumah dekat kejadian. Ya, seperti biasa menghindari campur tangan polisi. Setelah aku dimasukkan di dlm sebuah rumah dan motorku di depan rumah itu, aku disuruh duduk oleh seorang cewek yang ternyata pemilik rumah itu.
“Adik duduk aja di sini, biar ibu ambilin obat ya…” kata cewek itu dan segera masuk ke dlm kamarnya yang letaknya di depanku.
Perkiraanku cewek ini umurnya sekitar 36, meskipun umurnya ya… cukup tua sih. Tp cewek ini bodinya oke sekali deh, tingginya sekitar 165 cm susu yang montok berukuran sekitar 36B dan masih terangkat dgn menggunakan kaos yang longgar dan pantat yang besar sekali karena pada waktu itu dia pakai rok pendek sampai lutut dan kelihatan betis yang mulus dgn ditumbuhi rambut halus.
Aku sempat berkhayal untuk memegang pantatnya yang besar sekali, kuremas-remas sambil memasukkan jariku ke lubangkenikmatannya.
Setelah beberapa menit dia mencari obat merah di kamarnya, dia memanggil anaknya,
“Sri.. Sri…ambilin minum tuh… buat Mas-nya!” ternyata dia punya anak perempuan yang namanya Sri, umurnya sekitar 17 tahun.
Setelah berhasil menemukan obat merah, lalu menghampiriku,
“Wah… ini lukanya parah sekali Dik…” sambil membuka tutup obat
merah.
“Ah.. nggak kok Bu… biasa aja kok,” kataku sambil memperhatikan susunya yang
montok tergelantung itu.
“Nama Adik siapa?” tanya ibu itu sambil meneteskan obat merah di lengan atasku.
“Rendi Bu, aduh pedih sekali… pelan-pelan Bu…!”
“Maaf ya… Dik Rendi, oh ya nama ibu Hesti,” katanya sambil meneteskan ulang
obat itu di lengan atasku.
Dan tidak disengaja susu Hesti itu menyenggol sikuku.”Oh… maaf Bu… tidak sengaja,” tanyaku sambil melihat susu Hesti yang membuat k0ntolku agak tegang.
Dia hanya tersenyum dan tertawa kecil.
“Lho… Dik Rendi yang kena yang mana lagi, kelihatannya celana kamu
sobek tuh…” katanya sambil memegang celanaku yang sobek itu.
“Ya… Bu itu di bagian paha atas dan di dada ini,” sambil membuka sedikit kaos
yang kupakai.
“Yang ini harus diobati loh, entar kalau tidak cepet diobati berbahaya, kaki
kamu bisa di luruskan nggak?” kata Bu Hesti.
“Agak linu Bu… karena bagian paha sih…” kataku sambil mencari kesempatan
melihat susu.
Pada waktu itu tepat dudukku tidak memungkinkan aku meluruskan kakiku.
“Ya… sudah ke kamar Ibu dulu situ berbaring biar kakimu bisa
diluruskan,” kata Bu Hesti sambil membantuku berdiri dan berjalan.
“Ya… Bu… tp…?” tanyaku ragu.
Nanti disangka macam-macam, tp memang niatku untuk berusaha nge-sex sama Bu Hesti yang montok itu.
“Tp apa, oh… kamu malu ya… nyantai aja kamu kan teluka dan perlu pengobatan, sudah masuk ayo Ibu bantu!” sambil melingkarkan tangan kanan di pundak Bu Hesti aku berjalan.
Dan tidak disengaja waktu berjalan, jari-jariku menyentuh permukaan susu montok Bu Hesti tp aku tidak merubahnya, malah kugesek-gesekkan dgn pelan-pelan agar tidak ketahuan kalau disengaja, terasa puting susu Bu Hesti yang kenyal menyebabkan k0ntolku tegang. Dan sampailah di tempat tidur Bu Hesti.
“Sudah Dik Rendi, mana yang luka lagi?” sambil duduk di sampingku
dan membelakangiku sementara aku terlentang, otomatis tanganku menempel di paha
mulus Bu Hesti.
“Di dada sini Bu,” kataku sambil membuka ke atas kaosku agar kelihatan lukanya.
“Ya… sudah dilepas dulu kaosnya, entar kalau kena obat ini kan jadi merah,”
katanya basa-basi.
Aku langsung buka kaosku, dan sekarang aku telanjang dada.
“Nah gini kan bisa leluasa mengobati kamu,” sambil mendekat ke dadaku, dan otomatis aku melihat dgn jelas susu Bu Hesti tergelantung dan ditutupi oleh BH yang tidak muat menampung besarnya susu Bu Hesti dan tanganku makin kurapatkan ke paha dan sekarang sudah di atas paha mulus Bu Hesti.
Dan pada waktu Bu Hesti meneteskan obat, aku terasa pedih dan dgn refleks tanganku terangkat sehingga menyenggol susu Bu Hesti dan rok mini Bu Hesti terangkat ke atas, terlihat paha yang mulus itu.
“Maaf ya.. Bu, Rendi tidak sengaja kok,” pintaku sambil menurunkan
tanganku ke paha Bu Hesti yang mulus dan putih itu.
“Ya.. tidak apa-apa kok,” sambil meneruskan meneteskan lagi di bagian dadaku
yang luka.
Sekarang dia agak ke atas dan membungkukkan dirinya, otomatis susu yang montok itu dekat sekali dgn wajahku itu. Aku tidak tahu ini disengaja atau tidak, tp buatku disengaja atau tidak tetap saja membuat k0ntolku makin tegang.
Lama-lama kok posisi Bu Hesti makin membungkuk dan sampai suatu saat susunya tersentuh dgn mulutku. Wah, terasa kenyal dan empuk, aku tidak diam saja, aku berusaha pelan-pelan menggeser tanganku yang di paha mulus Bu Hesti itu, pelan dan pelan karena aku takut Bu Hesti marah karena ulahku ini.
Dgn nafsu yang kutahan, aku gerak-gerakkan tanganku. Waduh.. paha orang ini mulus sekali, batinku sambil merasakan k0ntol yang menegang kepingin lepas dari sangkarnya (CD-ku), dan sampailah aku di pangkal paha Bu Hesti itu dan menyentuh CD Bu Hesti yang kelihatan memakai CD warna hijau kembang dan kepalaku bergerak ke kanan dan ke kiri untuk menggesek susu Bu Hesti (pelan-pelan), dan sesekali kujilat halus susu montok itu.
Waktu itu Bu Hesti diam saja dan terus mengobati dadaku yang luka tp nafas Bu Hesti tidak bisa disembunyikan, sering dia menarik nafas panjang untuk menahan nafsunya.
“Sudah nihhh… Semua luka kamu di dada sudah diobati, sekarang mana
lagi yang terluka?” sambil melihatku dan membiarkan tanganku di pahanya yang
mulus itu.
”Itu Bu.. di paha atas,” jawabku sambil menunjukkan tempat yang luka.
”Wow… Ya ini harus dibuka Dik Rendi, kalau tidak dibuka dimana ibu bisa
mengobati apalagi kamu pakai jeans yang ketat.. ya sudah dicopot aja!” jawab Bu
Hesti sambil melihat dgn dekat luka dari luar celanaku dan sesekali lihat
k0ntolku yang sudah tegang dari tadi.
“Bu… bisa bantuin copot celanaku, aku tidak bisa copot sendiri Bu, kan tanganku
luka,” alasanku agar Bu Hesti bisa lihat k0ntolku dari dekat.
Tiba-tiba Sri datang dgn membawa air putih.
“Bu ini airnya..”
“Ya.. sudah sekarang kamu keluar, e.. jangan lupa tutup pintunya, ibu mau obati
Mas Rendi dulu!”
Wah ini kesempatanku untuk melampiaskan sex-ku. Setelah itu Bu Hesti mulai membuka resleting celanaku dan membuka bagian atas dan aku mengangkat sedikit pinggulku supaya Bu Hesti mudah melepas celanaku.
Saat membuka celanaku, posisi Bu Hesti membungkuk sehingga mulutnya dekat dgn k0ntolku yang tegang, dan aku sengaja mengangkat pinggul yang lebih tinggi dan tersembullah k0ntolku dan mulut Bu Hesti…
“Sorry Bu.. tak sengaja,” mulai saat itu k0ntolku mulai tegang sekali karena cara Bu Hesti membuka celanaku sangat merangsang k0ntolku.
Sambil sedikit menungging dan menggerakkan sedikit pantat yang besar itu, Bu Hesti melepas celana jeans-ku (apa ini usaha Bu Hesti untuk merangsang nafsuku), dan akhirnya aku sekarang tinggal pakai CD.
Dan mulailah Bu Hesti mengobati paha atasku dgn posisi nungging membelakangiku dan sedikit siku tangannya menyentuh k0ntol yang sudah tegang.
Sesekali Bu Hesti melihat k0ntolku dan menggesek-gesekkan sikunya di k0ntolku itu. Dgn melihat gelagat Bu Hesti ini yang memberi peluang padaku, aku tidak diam aja.
Dgn melihat pantat yang besar menghadap kepadaku, tanganku mulai sedikit meremas-remas dan mengelus betis lalu menuju ke atas paha yang mulus dan akhirnya aku sampai ke paling atas (pantat mulus Bu Hesti) dan aku nekat mengangkat rok mini Bu Hesti ke atas sehingga sekarang terlihat pantat Bu Hesti yang mulusitu dgn ditutupi CD yang menyelepit di belahan pantat.
Aku mulai mengelus-elus, dan sesekali menarik CD Bu Hesti dan ternyata sudah basah dari tadi.Lalu aku memainkan jariku di permukaan memek yang tertutup CD itu, Bu Hesti mungkin sudah tahu gelagatku itu sehingga dia merenggangkan kedua pahanya, jadi sekarang terlihat jelas CD Bu Hesti yang basah.
Sekarang aku memberanikan diri untuk melihat secara langsung memek Bu Hesti yang kelihatan sudah tidak sabar untuk dimasuki rudalku yang sudah tegak berdiri.
Aku mulai menggeser CD Bu Hesti ke kiri dan kelihatan dgn jelas memek Bu Hesti yang sudah memerah itu. Lalu aku perlahan-lahan menggesek-gesekkan jariku di permukaan memek Bu Hesti dan dgn reaksi itu nafas Bu Hesti mulai tak beraturan,
“Eeehhh… ahhh… ohhh hemmm..” dan sekarang aku memasukkan jari
tengahku ke lubang kenikmatan Bu Hesti dgn pasti dan kukocok dan terus kukocok
dgn pelan-pelan dan lama-lama semakin cepat dan…
“Ah.. oh yes te… rus… please… ah… ohe.. lebih dlm..Reen… ”
Bu Hesti mulai membuang obat merah itu dan sekarang tidak mengobati lukaku lagi malah sekarang dia sudah mulai mengocok dan meremas dgn kuat k0ntolku.
Aku kurang puas dgn posisi ini, aku mulai mengangkat salah satu kaki Bu Hesti ke sampingku dan sekarang posisi 69 yang kudapat, dan memek Bu Hesti tepat di depan mulutku.
Aku mulai menjilat klitorisnya, dan kusedot kecil dan kupermainkan pinggir memek Bu Hesti dgn lidahku yang indah itu.
“Oh.. ya… enak sekali hisapanmu Reen… Oh aughhh ahhh yes… terus!”
dan aku mulai memasukkan lidahku ke dlm lubang yang basah itu dan terasa asin
tp gurih.
“Oh… ah… terus… kontol kamu tegang sekali Rendi…”
“Ya.. Bu jilat… jilat dong..!”
Tanpa banyak kata Bu Hesti terus melumat habis k0ntolku.
“Oh… ya… ya… terus yang keras lagi…!”
Bu Hesti memang lihai dlm hal oral, tidak satu bagian pun dari k0ntolku yang terlewatkan dari lidah birahi Bu Hesti. Telur k0ntolku terlahap juga dgn mulut binalnya.
Bu Hesti tidak puas sampai di situ, sekarang dia mengangkat pantatku lebih tunggi dan kelihatan jelas lubang anusku dan sekarang mempermainkan lidahnya di lubang anusku.
Oh, terasa geli bercampur nikmat sampai ujung rambut, pada waktu itu juga Bu Hesti tidak kuat menahan nikmat yang dia rasakan, dan aku tahu kalau Bu Hesti mau orgasme yang pertama kalinya, aku mempercepat gerakan lidahku diklitorisnya, dan mempercepat kocokkan jariku di memeknya dan akhirnya…
“Ren… ah ye.. yea.. aku tidak tahan Reen.. a.. ku.. ke.. luaaar…”
dan
“Serr… serrr..” terasa semprotan kuat dari memek Bu Hesti kena jariku.
Cairan putih kental yang keluar dari memek Bu Hesti kusedot habis sampai bersih cairan kenikmatan Bu Hesti tersebut. Dia sekarang tergeletak lemas di sampingku.
“Bu...masih kuat? Apa cukup saja Bu?” tanyaku disamping memelintir puting susunya yangkuharapkan sex Bu Hesti kembali lagi dan terangsang.
“Ah.. kamu jantan sekali Reen! Aku tidak nyangka kamu kuat sekali,
kamu belum keluar?” tanya Bu Hesti sambil mengocok halus kemaluanku yang masih
tegang itu.
“Belum Bu! mau lagi atau…”
Belum aku berhenti ngomong Bu Hesti mulai memasukkan k0ntolku ke mulutnya dan dijilat, disedot dan dikocok, sedangkan aku di pinggir tempat tidur dan Bu Hesti di atas tempat tidur dgnposisi nungging, dan aku tetap meremas-remas dan sesekali kupelintir-pelintir puting Bu Hesti itu.
“Aah… terus Bu…! lebih dlm Bu…! yes hemmm Aah… sessttt aahh…”
“Renn… masukin aja ya… aku pingin ngerasain k0ntol kamu ini,”
Lalu aku memutarkan tubuh Bu Hesti dgn posisi nungging dan aku mulai mengarahkan k0ntolku ke lubang Bu Hesti tp aku tidak langsung memasukkan k0ntolku, kugesek-gesek dulu ke permukaan memek Bu Hesti.
“Ah.. ya… masukkan Renn.. cepet aku tidak tahan nih… oh… ce… pet!”
Aku langsung memasukkan ke lubang Bu Hesti.
“Blesss… sleppp…”
“Ah… ye…” erang Bu Hesti menerima serangan batang kemaluanku.
Aku mulai memajukan dan memundurkan k0ntolku dgn pelan tp pasti dan sekarang aku tambah frekuensi kecepatan kocokanku.
“Ah… ya.. k0ntol kamu.. hebat Renn.. keras, te.. rus.. oh.. ssst… ah…”
Aku semakin terangsang dgn erangan Bu Hesti yang menggeliat-liat seperti cacing kebakar. Aku angkat kaki kanannya untuk mempermudah jelajah k0ntolku untuk sampai ke rahimnya dan makin mempercepat kocokanku.
“Oh ya.. aughhh.. mmmpphhh teruss.. jangan ber.. henti.. ah… ke.. rass.. Rendi.. hebat…”
Dan akhirnya,
“Renn… lebih cepet…! aku mau ke.. luar.. aku.. tidak… oh.. ye.. tahan… la.. gi.. ah… oh shhh…”
Dan akhirnya dia menyemprotkan cairan kenikmatannya, “Serr.. serr…” terasa ujung k0ntolku disemprot dgn cairan hangat yang kental.
Sekarang Bu Hesti tergulai lemas di hadapanku. Aku memperhatikan tubuh Bu Hesti yang montok dgn susu yang besar, dgn telanjang bulat tanpa sehelai benang pun.
Aku tetap mengocok sendiri k0ntolku biar tetap tegang, dan aku mulai tidak kuat, mungkin ini waktunya aku untuk mengakhiri permainan sex-ku.
“Bu… permisi, aku mau mengakhiri tugasku ini…”
Dgn mengangkat tubuh Bu Hesti ke pinggir tempat tidur, dan membuka lebar-lebar paha Bu Hesti sehingga terpampang memek Bu Hesti yang masih basah dgn cairan kenikmatannya, aku mulai memasukkan k0ntol dan mengocoknya.
“Ah.. kau nakal ya.. Renn.. aughhh hemmm.. terus Renn…”
Aku dgn semangat “45″ kukocok habis memek Bu Hesti dgn menggesek-gesek klitorisnya dgn jari jempolku untuk mempercepat dia untuk orgasme ketiga kalinya, dan…
“Bu… aku mau ke… luar.. ah.. ye… di.. mana.. ini… dlm atau di
luar… oh ye!” sambil mempercepat kocokan jari dan k0ntolku.
“Ya.. aku juga Rendi… uh.. uh.. hemm… sstt.. kita.. barengan di dlm.. oh ye..”
Bu Hesti tidak kuat lagi ngomong kecuali merem-melek tahan nafsu, dan akhirnya aku keluar di dlm memek Bu Hesti, “Crottt.. crottt…” sampai lima kali semprotan dan dibarengi dgn erangan dan getaran tubuh Bu Hesti,
“Oh… yak.. yes… hemmm…”
Lalu kucabut k0ntolku dan kupukul-pukulkan di permukaan memek Bu Hesti dgn reaksi Bu Hesti mengangkat tubuhnya akibat memeknya kupukul dgn k0ntolku.
“Bu Hesti hebat sekali deh, makasih ya Bu…”
“Kamu juga hebat banget Rendi.. Ibu sampai kualahan menghadapi kontol kamu yang
tegap ini. Wah… kontol kamu ini harus dibersihkan dulu ya…”
Dia langsung mengarahkan k0ntolku ke mulutnya dan dilahap langsung dan dikocok-kocok habis.
“Wow… oh… ye.. teruus.. yesss… sseessttt ahh ya…”
Ini membuatku tegang lagi, dan Bu Hesti tak henti-hentinya mengocok dan mengulum k0ntolku yang tegang sekali.
“Bu… udah.. augghhhh he… udahh aku.. tak.. tahan..”
Dan…
“Creet… creeettt…”
Kukeluarkan spermaku untuk kedua kalinya di wajah Bu Hesti, dan aku tergeletak lemas di atas susu Bu Hesti.
“Nah.. sekarang kan Bu Hesti tidak kalah banget toh.. ya..
dua-tiga lah…!”
“Makasih ya.. Renn… kamu hebat dlm permainan sex, kapan-kapan kita lagi ya..
sudah kamu tidur dulu deh!”
Lalu aku tertidur sampai malam, dan aku terbangun tengah malam dan kulihat Bu Hesti tertidur di sampingku. Karena aku bergerak kulihat Bu Hesti terbangun dan minta lagi,,,,
TAMAT